PANTAI SIUNG
Pantai Siung terletak di
sebuah wilayah terpencil di Kabupaten Gunung Kidul, tepatnya sebelah selatan
kecamatan Tepus. Jaraknya sekitar 70 km dari pusat kota Yogyakarta, atau
sekitar 2 jam perjalanan. Menjangkau pantai ini dengan sepeda motor atau mobil
menjadi pilihan banyak orang, sebab memang sulit menemukan angkutan umum. Colt
atau bis dari kota Wonosari biasanya hanya sampai ke wilayah Tepus, itupun
mesti menunggu berjam-jam.
Stamina yang prima dan
performa kendaraan yang baik adalah modal utama untuk bisa menjangkau pantai
ini. Maklum, banyak tantangan yang mesti ditaklukkan, mulai dari tanjakan,
tikungan tajam yang kadang disertai turunan hingga panas terik yang menerpa
kulit saat melalui jalan yang dikelilingi perbukitan kapur dan ladang-ladang
palawija. Semuanya menghadang sejak di Pathuk (kecamatan pertama di Gunung
Kidul yang dijumpai) hingga pantainya.
Seolah tak ada pilihan untuk
lari dari tantangan itu. Jalur Yogyakarta - Wonosari yang berlanjut ke Jalur
Wonosari - Baron dan Baron - Tepus adalah jalur yang paling mudah diakses,
jalan telah diaspal mulus dan sempurna. Jalur lain melalui Yogyakarta - Imogiri
- Gunung Kidul memiliki tantangan yang lebih berat karena banyak jalan yang
berlubang, sementara jalur Wonogiri - Gunung Kidul terlalu jauh bila ditempuh
dari kota Yogyakarta.
Seperti sebuah ungkapan,
"bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian", begitulah kiranya
perjalanan ke Pantai Siung. Kesenangan, kelegaan dan kedamaian baru bisa
dirasakan ketika telah sampai di pantai. Birunya laut dan putihnya pasir yang
terjaga kebersihannya akan mengobati raga yang lelah.Tersedia sejumlah
rumah-rumah kayu di pantai, tempat untuk bersandar dan bercengkrama sambil
menikmati indahnya pemandangan.
Satu pesona yang menonjol dari
Pantai Siung adalah batu karangnya. Karang-karang yang berukuran raksasa di
sebelah barat dan timur pantai memiliki peran penting, tak cuma menjadi
penambah keindahan dan pembatas dengan pantai lain. Karang itu juga yang
menjadi dasar penamaan pantai, saksi kejayaan wilayah pantai di masa lampau dan
pesona yang membuat pantai ini semakin dikenal, setidaknya di wilayah Asia.
Batu karang yang menjadi dasar
penamaan pantai ini berlokasi agak menjorok ke lautan. Nama pantai diambil dari
bentuk batu karang yang menurut Wastoyo, seorang sesepuh setempat, menyerupai
gigi kera atau Siung Wanara. Hingga kini, batu karang ini masih bisa dinikmati
keindahannya, berpadu dengan ombak besar yang kadang menerpanya, hingga
celah-celahnya disusuri oleh air laut yang mengalir perlahan, menyajikan sebuah
pemandangan dramatis.
Karang gigi kera yang hingga
kini masih tahan dari gerusan ombak lautan ini turut menjadi saksi kejayaan
wilayah Siung di masa lalu. Menurut cerita Wastoyo, wilayah Siung pada masa
para wali menjadi salah satu pusat perdagangan di wilayah Gunung Kidul. Tak
jauh dari pantai, tepatnya di wilayah Winangun, berdiri sebuah pasar. Di tempat
ini pula, berdiam Nyai Kami dan Nyai Podi, istri abdi dalem Kraton Yogyakarta
dan Surakarta.
Sebagian besar warga Siung
saat itu berprofesi sebagai petani garam. Mereka mengandalkan air laut dan
kekayaan garamnya sebagai sumber penghidupan. Garam yang dihasilkan oleh warga
Siung inilah yang saat itu menjadi barang dagangan utama di pasar Winangun.
Meski kaya beragam jenis ikan, tak banyak warga yang berani melaut saat itu.
Umumnya, mereka hanya mencari ikan di tepian.
Keadaan berangsur sepi ketika
pasar Winangun, menurut penuturan Wastoyo, diboyong ke Yogyakarta. Pasar
pindahan dari Winangun ini konon di Yogyakarta dinamai Jowinangun, singkatan
dari Jobo Winangun atau di luar wilayah Winganun. Warga setempat kehilangan
mata pencaharian dan tak banyak lagi orang yang datang ke wilayah ini. Tidak
jelas usaha apa yang ditempuh penduduk setempat untuk bertahan hidup.
Di tengah masa sepi itulah,
keindahan batu karang Pantai Siung kembali berperan. Sekitar tahun 1989, grup
pecinta alam dari Jepang memanfaatkan tebing-tebing karang yang berada di
sebelah barat pantai sebagai arena panjat tebing. Kemudian, pada dekade 90-an,
berlangsung kompetisi Asian Climbing Gathering yang kembali memanfaatkan tebing
karang Pantai Siung sebagai arena perlombaan. Sejak itulah, popularitas Pantai
Siung mulai pulih lagi.
Kini, sebanyak 250 jalur
pemanjatan terdapat di Pantai Siung, memfasilitasi penggemar olah raga panjat
tebing. Jalur itu kemungkinan masih bisa ditambah, melihat adanya aturan untuk
dapat meneruskan jalur yang ada dengan seijin pembuat jalur sebelumnya. Banyak
pihak telah memanfaatkan jalur pemanjatan di pantai ini.
Fasilitas lain juga mendukung
kegiatan panjat tebing adalah ground camp yang berada di sebelah timur pantai.
Di ground camp ini, tenda-tenda bisa didirikan dan acara api unggun bisa
digelar untuk melewatkan malam. Syarat menggunakannya hanya satu, tidak merusak
lingkungan dan mengganggu habitat penyu, seperti tertulis dalam sebuah papan
peringatan yang terdapat di ground camp yang juga bisa digunakan bagi yang sekedar
ingin bermalam.
Tak jauh dari ground camp,
terdapat sebuah rumah panggung kayu yang bisa dimanfaatkan sebagai base camp,
sebuah pilihan selain mendirikan tenda. Ukuran base camp cukup besar, cukup
untuk 10 - 15 orang. Bentuk rumah panggung membuat mata semakin leluasa
menikmati keeksotikan pantai. Cukup dengan berbicara pada warga setempat,
mungkin dengan disertai beberapa rupiah, base camp ini sudah bisa digunakan
untuk bermalam.
Saat malam atau kala sepi
pengunjung, sekelompok kera ekor panjang akan turun dari puncak tebing karang
menuju pantai. Kera ekor panjang yang kini makin langka masih banyak dijumpai
di pantai ini. Keberadaan kera ekor panjang ini mungkin juga menjadi salah satu
alasan mengapa batu karang yang menjadi dasar penamaan dipadankan bentuknya
dengan gigi kera, bukan jenis hewan lainnya.
Wastoyo mengungkapkan,
berdasarkan penuturan para winasih (orang-orang yang mampu membaca masa
depan), Pantai Siung akan rejomulyo atau kembali kejayaannya dalam waktu
yang tak lama lagi. Semakin banyaknya pengunjung dan popularitasnya sebagai
arena panjat tebing menjadi salah satu pertanda bahwa pantai ini sedang menuju
kejayaan. Kunjungan wisatawan, termasuk anda, tentu akan semakin mempercepat
teraihnya kejayaan itu.
0 komentar:
Posting Komentar